Jum'at, 7 Agustus 2009


Perkembangan perunggasan selalu bergejolak setiap saat, hal ini bisa di lihat dari harga produk perunggasan yang selalu naik turun bahkan tidak hanya mingguan tetapi sampai harga harian. Naik turunnya harga dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain daya beli masyarakat terhadap produk perunggasan dan biaya untuk memproduksi produk perunggasan itu sendiri.
Oleh karena itu usaha perunggasan dikategorikan sebagai usaha beresiko tinggi (high risk). Pelaku usaha perunggasan terutama pada ayam broiler sebagian besar adalah perusahaan swasta, sehingga dalam perkembangannya tidak diperlukan lagi campur tangan pemerintah akan tetapi pemerintah berkewajiban membantu menjaga keseimbangan suplai demand sehingga tidak terjadi gejolak suplai maupun demand.

Beberapa permasalahan yang timbul pada triwulan ke dua tahun 2009 ini antara lain adalah kenaikan harga pakan dan biaya produksi belum diikuti dengan kenaikan harga ayam hidup. Hal ini tentunya terkait dengan daya beli masyarakat yang sangat tergantung terhadap pendapatan. Realita yang dapat kita temui adalah daya beli masyarakat terhadap produk perunggasan dalam pemenuhan gizi (protein hewani) masih rendah bahkan kalah dengan gaya hidup masyarakat yang sangat konsumtif. Sebenarnya dalam hal peningkatan daya beli masyarakat terhadap produk perunggasan tidak hanya dengan menekan harga produk tersebut akan tetapi juga perlunya peningkatan kampanye untuk konsumsi produk perunggasan. Hal ini dipandang perlu untuk dilakukan oleh produsen perunggasan dalam meningkatkan daya serap daging dan telur ayam, yang merupakan sumber gizi paling terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan kampanye yang dilakukan secara terus menerus diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi yang bersumber dari protein hewani.

Sementara harga DOC FS yang cenderung stabil di harga tinggi juga juga tidak diikuti dengan kenaikan harga ayam hidup. Sementara tingginya harga DOC FS tidak mengisyaratkan kurangnya suplai DOC FS yang terlihat dengan tidak adanya kesulitan para peternak untuk memperoleh DOC.

Pada beberapa pembibit ayam ras yang melakukan budidaya, tetapi tidak mempunyai Rumah Potong Ayam (RPA) atau pasar tersendiri sehingga terjadi penumpukan produk di pasar becek yang merupakan tempat penjualan para peternak kecil. Arahan Direktur Jenderal Peternakan, pada saat pertemuan dengan assosiasi peternak ayam ras adalah agar usaha di bidang perunggasan dapat berjalan terus, diharapkan semua pelaku dapat menerapkan strategi pemasaran yang baik sehingga permasalahan suplai demand yang selalu terjadi setiap tahun dapat dicari solusinya. Para peternak tidak hanya menghasilkan ayam hidup, akan tetapi secara berkelompok membentuk pasar daging ayam beku dengan penyediaan cold storage kelompok.

Selain itu, terkonsentrasinya pasar penjualan produk ayam ke kota besar, sehingga akan menghancurkan harga pasar. Kondisi pasar yang terjadi seperti itu merupakan kondisi alamiah dimana semua produsen akan mengejar dimana yang demandnya tinggi dengan harga yang cukup tinggi. Untuk itu diharapkan untuk kebaikan semua, para peternak tidak terlalu mengejar keuntungan yang tinggi di suatu saat dan tempat. Dengan tidak mengambil keuntungan terlalu besar, tetapi tetap mempertahankan demand setiap saat sehingga usaha terus berjalan.

Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut diatas para pelaku usaha perunggasan satu sama lain berkomitmen untuk melaksanakan usaha dengan saling menjaga kelanjutan usaha masing-masing sehingga diharapkan masalah tersebut tidak akan terulang kembali di masa mendatang.

Potensi produksi broiler

Kondisi perunggasan tidak terlepas dari berapa suplai DOC FS yang diproduksi oleh para pembibit. Gambaran potensi produksi DOC FS pada triwulan kedua ini adalah produksi bibit ayam ras (DOC FS) broiler pada triwulan kedua tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 terjadi peningkatan yaitu dari produksi DOC FS sebanyak 24.1 juta ekor per minggu menjadi 28.2 juta ekor per minggu atau meningkat sebesar 17 %. Peningkatan produksi DOC FS broiler pada triwulan kedua tahun 2009, diperkirakan merupakan sikap optimis para pengusaha yang terlihat dari produksi DOC FS broiler yang terus meningkat mulai bulan April sampai dengan Juni 2009. Momen liburan anak sekolah dan meningkatkan permintaan di bulan Juni sampai dengan Juli akibat banyaknya orang yang mengadakan pesta, mendorong para pengusaha untuk meningkatkan produksi DOC FS dengan harapan demand akan meningkat.

Pada Pemasukan (Impor) PS, perkembangan impor PS broiler pada triwulan kedua tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 terjadi penurunan pemasukan dari 76.000 ekor menjadi 52.620 ekor atau terjadi penurunan sebesar 30,76 %. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan triwulan pertama tahun 2009 terjadi kenaikan sebesar 55% dari angka 34.000 ekor menjadi 52.620 ekor.

Sementara pada perkembangan Pemasukan (Impor) bibit ayam ras untuk impor GPS adalah perkembangan pemasukan/impor DOC GPS broiler pada triwulan kedua tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 terjadi penurunan pemasukan dari 68.682 ekor menjadi 54.769 ekor atau terjadi penurunan sebesar 20 %.

Menurunnya jumlah impor GPS ini diperkirakan karena sikap pembibit yang berhati-hati melihat kondisi saat ini, antara lain harga pakan yang tidak signifikan dengan kenaikan harga produk perunggasan. Sementara situasi penjualan daging ayam belum menunjukkan adanya harapan untuk meningkat, sehingga demand terhadap DOC FS broiler belum bisa dimaksimalkan.

Potensi produksi layer

Perkembangan impor DOC GPS layer pada triwulan kedua tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 terjadi peningkatan pemasukan dari 6.950 ekor menjadi 13.700 ekor atau terjadi peningkatan sebesar 97 %. Peningkatan ini diperkirakan terkait dengan masa replacement ayam layer, dan sikap optimis para peternak layer karena harga jual telur yang cenderung stabil.

Produksi bibit ayam ras (DOC FS) layer pada triwulan kedua tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 tercatat produksi DOC FS pada triwulan II tahun 2008 sama dengan produksi DOC FS pada triwulan II tahun 2009 sejumlah 1,55 juta ekor/minggu. Kondisi ini diperkirakan karena sikap keragu-raguan dari peternak untuk meningkatkan demand terhadap DOC FS layer membuat para pembibit masih menahan produksinya.

Pada triwulan kedua tahun 2009 tercatat pemasukan PS layer sebesar 51.660 ekor, sedangkan pada triwulan kedua tahun 2008 tidak tercatat adanya pemasukan PS layer. Sikap optimis dari para pembibit PS layer terlihat disini, hal ini berbeda dengan demand terhadap DOC FS layer yang meningkat tidak signifikan. Diperkirakan para pembibit lebih melihat akan adanya peningkatan demand pada enam bulan kedepan terhadap DOC FS layer sehingga mereka meningkatkan pemasukan DOC PS layer. Apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 dan triwulan sebelumnya tahun 2009 yang menunjukkan adanya peningkatan, pada triwulan ini para pembibit lebih optimis.

date Jumat, 07 Agustus 2009

0 komentar to “Dilema Peternak Ayam Ras (Data Produksi DOC Terkini)”